Posts

Berdamai dengan Kenyataan | R. Azizah

Image
  “Ada seribu kenangan yang boleh saja kau lupakan, tetapi ada satu kenangan yang harus kau ingat, di mana kau pernah bahagia dan ingin hidup selamanya.”   Begitu kau kabarkan tentang keyakinanmu yang rapuh, betapa saat itu aku ingin menjerit saja. Ingin kukatakan tolong jangan pergi dan tetaplah datang menggenapi kebahagiaanku. Betapa ingin kujelaskan kata-kata yang tak sempat terucap, tentang penantian selama satu dasawarsa yang tak kunjung lunas dan sekalipun berujung hanyalah berakhir kegetiran yang teramat sangat. Aku sering mendengar orang berkata bahwa hidup itu penuh kejutan, namun tanpa kutahu jika kejutan itu tak serta merta sesuatu yang indah atau menggembirakan. Ia bisa saja berupa kesedihan yang teramat sangat untuk menjadikan kita lebih kuat. Tak ada yang bisa kulakukan selain berdamai dengan kenyataan. Saat aku begitu mencintaimu melebihi diri sendiri, memercayaimu melebihi apa pun, tiba-tiba semua harus berujung kesiaan tanpa arti. Jika dahulu seringkali terp

Tahun-Tahun Kesedihan

    I/ Pada sebuah tahun tak bernama Di antara riuhnya gelombang, puing-puing berserakan, serta jerit takbir yang saling sahut bersahutan Orang-orang sibuk memanen air mata   II/ Gadis-gadis belia, remaja, muda, tua; tak beda-bedakan usia Berlari ke sana kemari, sibuk menyelamatkan diri “Celaka! Tuhan rupanya murka!” ucap lelaki yang sambil sesekali bermuhasabah diri mengingat dosa apa yang umat buat selama ini   III/ Jauh di sana, gadis kecil tengah merapal doa Tak bisa ia samarkan kepiluannya Mengemis kasih pada Tuhan, yang ia yakini kasihnya seluas samudra “Tak ingin hilang sanak saudara, apalagi mama papanya,” ucapnya   IV/ Tapi peduli apa? Bukankah karang, pepohonan, bebatuan, lelautan, dan bahkan ikan-ikan yang terdampar semua tunduk patuh pada titah Tuhannya?   V/ Biar, biar kunamai saja ini tahun kesedihan Saat harapan karam, mayat-mayat bergelimpangan, doa-doa berjatuhan dan ketetapan Tuhan telah digariskan.

Pada Waktu yang Kita Menyebutnya Kenangan

  I/ Apa kabar, Kekasih? Bukankah laut telah bercerita kepadamu Perihal luka, patah, dan segala kesedihannya yang tak kunjung sembuh?   II/ Senja itu, sebelum kau pergi dan tanggalkan harapan yang kususun rapi Ada rindu-rindu yang belum kita tuntaskan pun kecemasan-kecemasan yang kerap kita risaukan   III/ Apa kabar, Kekasih? Bukankah dermaga dan riuh ombaknya Adalah hal yang semestinya kita sambangi? Bukankah di sana telah kita langitkan mimpi, rapalkan janji, bahwa kelak kita akan menjadi sepasang kekasih yang abadi?   IV/ Pernah kau bercerita Apa pun yang kita inginkan Malaikat kan mengaminkan Tapi kini, di sisa-sisa kerinduan Tak seharusnya pisah menjadi hal yang paling menyakitkan   V/ Di sini, Kekasih ... Pada waktu yang detaknya mulai mengarat dan harapan-harapan yang perlahan sekarat Aku masih siap menjadi rumahmu pulang Tempat berbagi resah dan segala kenang